Suasana Ujian Akhir Semester
Suasana Ujian Akhir Semester di setiap sekolah mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat tentu berbeda. Ada yang sunyi namun ada juga yang ribut. Perbedaan ini tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor lingkungan sekolah, kebiasan di sekolah, tata tertib sekolah, dan tentunya karakter siswa yang menjadi peserta ujian.
Ujian Akhir Semester (UAS) yang biasa dilakukan diakhir semester khsusnya untuk siswa tingkat SMA dan SMK sederajat selain sudah menjadi aturan pemerintah juga dapat menjadi tolak ukur sekolah untuk menilai kemampuan siswa dalam semua mata pelajaran dan menjadi sarana penilaian khsusus bagi setiap guru sesuai dengan mata pelajaran yang diampu dalam waktu enam bulan (satu semester).
Umumnya, nilai akhir yang tertera pada buku laporan (raport) bukan murni dari hasil nilai Ujian Akhir Semester tetapi dikombinasikan dengan penilaian lain seperti kehadiran siswa (absensi harian), keaktifan, tugas, dan ulangan harian yang memiliki bobot penilaian yang berbeda.
Untuk beberapa siswa, ulangan dan ujian, baik Ujian Tengan Semester (UTS), Ujian Akhir Semester (UAS), Ulangan Harian, Uji Kompetensi, Ujian Nasional (UN) atau apapun namanya sedikit ditakuti karena mereka merasa kalau-kalau hasilnya (final result) tidak memuaskan, sedang nilai-nilai yang mereka peroleh harus dilaporkan juga ke orangtua masing-masing. Itu sebabnya siswa seperti itu akan merasa kurang nyaman, tegang, dan kurang percaya diri saat ujian berlangsung, apalagi jika diawasi oleh pengawas yang "menyeramkan".
Di bawah ini adalah cuplikan singkat suasana di SMA SMK Almarwah ketika Ujian Akhir Semester berlangsung. Di awal video dapat sahabat saksikan seorang guru yang tengah mengawas mengenakan topi Cowboy (laken: basa Sunda). Bukan bermaksud gaya-gayaan atau pamer penampilan tetapi sengaja dilakukan untuk memberi semangat terhadap siswa dengan menciptakan suasana rilek dan tidak tegang. Terbukti beberapa siswa tersenyum melihat guru tersebut.
Senyuman manis di saat ujian dapat menciptakan suasana hati rilek dan tidak tegang sehingga materi-materi yang sebelumnya sudah dikuasai atau yang sudah dibaca tidak hilang begitu saja saat menlihat soal-soal ujian (pen.)
Ini tentu berbeda jika ujian diawali dengan ketegangan. Mulai dari membacakan aturan dan tata tertib ujian yang ketat sampai dengan hukuman jika terjadi pelanggaran. Bukan ketenangan yang akan dirasakan para peserta ujian tetapi ketegangan yang dirasa. Akibatnya konsentrasi siswa pun bisa buyar dan terkadang memancing kesalahan dalam menjawab soal-soal ujian padahal sebernya mereka sudah menguasai materi tersebut.
Ujian Akhir Semester (UAS) yang biasa dilakukan diakhir semester khsusnya untuk siswa tingkat SMA dan SMK sederajat selain sudah menjadi aturan pemerintah juga dapat menjadi tolak ukur sekolah untuk menilai kemampuan siswa dalam semua mata pelajaran dan menjadi sarana penilaian khsusus bagi setiap guru sesuai dengan mata pelajaran yang diampu dalam waktu enam bulan (satu semester).
Umumnya, nilai akhir yang tertera pada buku laporan (raport) bukan murni dari hasil nilai Ujian Akhir Semester tetapi dikombinasikan dengan penilaian lain seperti kehadiran siswa (absensi harian), keaktifan, tugas, dan ulangan harian yang memiliki bobot penilaian yang berbeda.
Untuk beberapa siswa, ulangan dan ujian, baik Ujian Tengan Semester (UTS), Ujian Akhir Semester (UAS), Ulangan Harian, Uji Kompetensi, Ujian Nasional (UN) atau apapun namanya sedikit ditakuti karena mereka merasa kalau-kalau hasilnya (final result) tidak memuaskan, sedang nilai-nilai yang mereka peroleh harus dilaporkan juga ke orangtua masing-masing. Itu sebabnya siswa seperti itu akan merasa kurang nyaman, tegang, dan kurang percaya diri saat ujian berlangsung, apalagi jika diawasi oleh pengawas yang "menyeramkan".
Di bawah ini adalah cuplikan singkat suasana di SMA SMK Almarwah ketika Ujian Akhir Semester berlangsung. Di awal video dapat sahabat saksikan seorang guru yang tengah mengawas mengenakan topi Cowboy (laken: basa Sunda). Bukan bermaksud gaya-gayaan atau pamer penampilan tetapi sengaja dilakukan untuk memberi semangat terhadap siswa dengan menciptakan suasana rilek dan tidak tegang. Terbukti beberapa siswa tersenyum melihat guru tersebut.
Senyuman manis di saat ujian dapat menciptakan suasana hati rilek dan tidak tegang sehingga materi-materi yang sebelumnya sudah dikuasai atau yang sudah dibaca tidak hilang begitu saja saat menlihat soal-soal ujian (pen.)
Ini tentu berbeda jika ujian diawali dengan ketegangan. Mulai dari membacakan aturan dan tata tertib ujian yang ketat sampai dengan hukuman jika terjadi pelanggaran. Bukan ketenangan yang akan dirasakan para peserta ujian tetapi ketegangan yang dirasa. Akibatnya konsentrasi siswa pun bisa buyar dan terkadang memancing kesalahan dalam menjawab soal-soal ujian padahal sebernya mereka sudah menguasai materi tersebut.
Comments
Post a Comment
Mohon maaf, komentar tanpa identitas, komentar spam, komentar yang memancing perselisihan, melanggar norma, dan komentar iklan akan dihapus.