Rapor Merah Ujian Nasional
Kini di tahun 2013 UN digelar kembali, namun tanpa ada revisi yang signifikan untuk memperbaiki kekacauan dan kerugian di tahun-tahun sebelumnya. UN bagi siswa sepertinya merupakan event yang teramat penting, panas, perlu, dan seruu, seakan menjadi suatu sejarah kelak.
Menjelang pelaksanaan Ujian Nasional, banyak siswa merasa was was, takut, dan tidak tenang, bahkan di antara mereka banyak yang mendadak jatuh sakit karena memikirkan soal-soal yang akan keluar ketika Ujian Nasional. Bukan itu saja, orangtua mereka pun ikut gelisah dan khawatir kalau-kalau putra-putrinya tidak lulus UN. Lucunya, banyak siswa dan orantuan yang mendatagi "ORANG PINTAR" alias dukun untuk meminta do'a dan jampi-jampi sebagai bekal ujian, sehingga bila tiba saatnya, seluruh soal UN dapat dengan mudah dijawab dengan benar.
Kekhawatiran orangtua bukan tanpa alasan, mereka sepertinya sudah tahu persis jenis soal yang akan keluar berdasarkan pengamatan pada Ujian Nasional di tahun-tahun sebelumnya dimana soal lebih sulit dari materi yang diajarkan di sekolah, soal tidak relevan, bahkan banyak soal yang tidak sah dan harus dianulir akibat kesalahan soal, akibat banyaknya soal dengan jawaban ganda, dan banyaknya soal tanpa jawaban.
Pelaksanaan UN menurut saya peribadi belum bisa diterapkan di Indonesia selama mental dan "RASA" para pemimpin masih belum memadai. Untuk sebagian kecil kalangan, memang sudah bisa diterapkan, tetapi bagaimana dengan daerah-daerah dengan tingkat ekonomi rendah? Bagaimana dengan daerah-daerah yang gurunya sangat kurang? Bagaimana dengan daerah-daerah yang pendidikan gurunya belum bisa menyesuaaikan dengan target soal UN?
Kalau saja pemerintah sedikit lebih bijak, apa susahnya menghapus UN sampai kesejahteraan dan tingkat pendidikan masyarakat sudah cukup merata. Kenapa? Banyangkan berapa milyar rupiah dana yang dipakai untuk mencetak soal Ujian Nasional, belum lagi dana untuk keperluan pengawasan independen. Kenapa biaya sebanyak itu tidak disalurkan saja untuk biasiswa? Kenapa biaya sebanyak itu tidak digunakan untuk hal-hal yang lebih penting seperti subsidi untuk saudar-saudara kita yang masih berada di bawah garis kesejahteraan?
Pelaksanaan UN tahun ini tidak lebih baik dari UN sebelumnya. UN tidak dilaksakan serentak di seluruh Indonesia, terbukti banyak daerah yang terlambat menerima soal, bahkan untuk memenuhi kekurangan soal, ada panitia ujian yang memfotokopi soal ujian. Di antara kemasan soal ada yang dicurigai tidak rapi sehingga dimungkinkan adanya kebocoran soal, lebih parah lagi, banyak soal Ujian Nasional yang rusak dan sobek. Berikut adalah beberapa bukti bahwa pelaksanaan UN hanya formalitas beberapa pihak dan sangat tidak berkualitas, bahkan tidak mustahil dapat menjadi sumber korupsi.
- Pelaksanaan UN tidak serentak
- Banyak soal UN yang rusak dan sobek
- Perusahaan pemenang tender pmbuatan soal itu-itu juga
- Banyak tim pengawas independen yang asal mengerjakan tugas tanpa mengawasi pelaksanaan UN dengan benar
- banyak pengawas ujian setempat tidak menerapkan aturan pelaksanan Ujian seperti melarang siswa peserta UN membawa ponsel dan gadget lainnya yang diperkirakan dapat mengganggu ujian atau menjadi media contek-menyontek
- Banyak siswa peserta Ujian Nasional yang dengan bebas membawa catatan untuk mencontek
- Adanya siswa peserta ujian yang membawa gadget untuk berkomunikasi mendiskusikan jawaban dari soal-soal UN
- Soal UN lebih sulit dari pelajaran yang diterima siswa selama belajar.
Dari sebagian kasus UN di atas sudah cukup jelas bahwa Rapor Merah Ujian Nasional patut kita berikan kepada pihak-pihak terkait khususnya para pemimpin di bidang pendikan. Sepertinya Ujian Nasional kini menjadi suatu hal yang penting, panas, perlu, dan seruu bagi seluruh bangsa Indonesia.
Mungkinkan UN dihilangkan?
Comments
Post a Comment
Mohon maaf, komentar tanpa identitas, komentar spam, komentar yang memancing perselisihan, melanggar norma, dan komentar iklan akan dihapus.