Harga Bawang Selangit

Bawang
Photo Credit: SindoNews.com
Tumbuhan Bawang, apapun jenisnya (bawang merah, bawang daun, dan bawah putih) masih termasuk golongan sembako (sembilan bahan pokok) karena masuk dalam kategori sayuran. Bawang sangat dibutuhkan terutama sebagai bahan pokok bumbu dapur (bumbu masakan) sedangkan masakan sendiri merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Lantas bagaimana jika harga bawang naik?

Kenaikan harga bawang (bawang merah, bawah putih, ataupun bawah daun) langsung atau tidak akan akan berdampak buruk terhadap perekonomian secara menyeluruh karena dampak negatif yang timbul akibat harga masakan yang mayoritas membutuhkan bawang ikut naik. Untuk menghindari kerugian, para pedagang atau pengelola rumah makan akan menaikan tarif masakan tersebut seiring kenaikan harga bawang.

Kenaikan harga pada sejumlah komoditi sayuran memang hal yang wajar, akan tetapi jika kenaikannya tertalu besar seperti bawang yang asalnya Rp3.000,- s/d Rp5.000,- per kilogram menjadi Rp40.000,- s/d Rp60.000,- tentu hal yang tidak wajar. Dalam kasus "Harga Bawang Selangit" ini perlu turun tangan dan kerjasama pemerinath daerah dan pemerintah pusat khususnya menteri pertanian.

Meskipun hari ini sudah terjadi penurunan harga bawang, tetapi harga tersebut masih terbilang cukup mahal. Di Surabaya harga bawang sekitar Rp20.000,- s/d Rp30.000,- per kilogram, penurunan ini tentu akan bertahap karena para pedagang bawang terlebih dahulu akan menghabiskan stok bawang ketika dibeli dengan harga yang masih mahal. Turunnya harga bawah putih mulai terasa sejak dilepasnya kontainer bawang putih ke publik dari terminal peti kemas namun para pedagang di pasar tradisional masih berharap harga sayuran dan bahan pokok lain tidak naik dan tetap stabil.
Fluktuatif harga komoditas merupakan hal biasa. Namun, jika lonjakan sering terjadi seperti harga bawang merah, bukan hal biasa. Kenaikan harga disinyalir karena permainan importir dan pelayanan distribusi bawang merah dari pelabuhan yang lamban.
"Dua kemungkinan tersebut diketahui dari kenyataan mandegnya berton-ton bawang merah di pelabuhan. Hal ini membuat distribusi ke konsumen terhenti.

Hanya ada dua kemungkinan penyebabnya yakni belum cepatnya pelayanan di pelabuhan atau terjadi kartel antar importir," terang Dekan Fakultas Pertanian UGM, Jamhari, Kamis (21/3/2013).

Menurutnya, ada tiga faktor yang menyebabkan terjadinya lonjakan harga. Yaitu, konsumsi, distribusi, dan produksi. Berdasarkan data BPS, 92 persen rumah tangga di Indonesia mengonsumsi bawang merah. Sebenarnya, produksi dalam negeri sudah memenuhi 90 persen dari kebutuhan nasional. (SindoNews.com)
Harga bawang selangit ini sebenarnya tidak merugikan semua pihak karena ada beberapa praktisi pertanian yang merasa diuntungkan miskipun jumlahnya tidak sebanding dengan mereka yang dirugikan. Di saat para ibu rumah tangga dan para pedagang masakan menjerit karena harga bawang yang mahal, justru para petani bawang merasa diuntungkan karena harga jual bawang cukup mahal dan di luar kebiasaan. Ini adalah rezeki dan berkah tersendiri bagi petani bawang.

Kenaikan harga bawang di luar kebiasaan ini sampai-sampai Presiden SBY pun langsung turun tangan dan memerintahkan menteri terkait untuk segera menyelesaikannya. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengaku kecolongan terharap kenaikan harga bawang putih dan bawang merah yang disebabkan pemerintah kurang memperhatikan kondisi di lapangan seperti para importir hortikultura. Penyebab lain dari kenaikan harga bawang ini disebabkan proses distribusi komoditas karena adanya oknum importir nakal yang sengaja menumpuk komoditas dan menunggu hingga harganya naik untuk mendistribusikan sayuran tersebut.

Harapan masyarakat saat ini tentu harga bawang dapat kembali normal sehingga tidak mempengaruhi harga komoditi lain.

Comments

Popular posts from this blog

Menghitung Arus, Tegangan, Daya, dan Resistansi Pada Rangkaian Seri

Menghitung Arus, Tegangan, Daya, dan Resistansi pada Rangkaian Paralel

Kode dan Notasi Komponen Elektronika dan Listrik